January 25, 2017

Completing NHW #1 IIP Batch 3 'adab menuntut ilmu'

Assalamualaikum...
Hellow epribadi. Baru aja pulang ngajar, nyampe rumah kepala agak nyut2an sedikit. Leyeh2 bentar, kepikiran NHW. NHW?? Apaan tuh? NHW adalah Nice Homework. Bahasa keren dari PR alias pekerjaan rumah.

Kenapa saya kudu ngerjain NHW? Hal ini berkaitan dengan bergabungnya saya dengan Institut Ibu Profesional yg kece ituuhh.. Namanya juga menuntut ilmu, aplikasinya ya ngerjain NHW ini. Sebagai konsekuensi dari ilmu yg sudah didapat, ya kudu di aplikasikan dong ya.

Apa NHW-nya?
Fine.
Mari sedikit membahas tentang materi pertama yg kita dapat kemarin. Materi yg pertama kami dapet adalah "Adab Menuntut Ilmu".
Adab.
Semua kegiatan pasti ada adabnya kan? Makan ada adabnya. Harus dengan tangan kanan, harus sambil duduk. Bersilaturahmi pun jg ada adabnya. Mengetuk pintu 3x, mengucapkan salam, masuk rumah jika sudah dipersilahkan. Nah.. otomatis, belajar atau menuntut ilmu juga harus ada adabnya doong. Adab terhadap diri sendiri, adab terhadap pemberi ilmu, dan adab terhadap sumber ilmu.

Nah...berkaitan dengan hal tersebut maka let me try to explain my NHW.

Kehidupan adalah ibarat sebuah universitas. Universitas punya banyak jurusan, begitu pula kehidupan. Bedanya, dalam kehidupan, kita sendiri yg menentukan jurusan ilmu kehidupan yg bakal kita jalani. Kita yg nentuin, kita juga yg bakal ngejalanin. Yang nilai juga kita sendiri. Sukses ga nih ngejalaninnya? Sejauh mana progressnya? Hanya kita yg tau dan bagaimana set the value untuk progress and resultnya.

Jurusan yg saya pilih?
Hmmm. Agak susah sih ya menspesifikkannya. Bingung karena banyak yg sepertinya mau d capai. Tapi, yang ingin saya capai adalah 'menjadi disayang orang2 di lingkaran kehidupan'.

Ilmu terdekat yang ingin saya dalami adalah mengenai pekerjaan baru saya sebagai seorang guru. Dengan basic seorang lulusan teknik, lalu banting setir jadi seorang guru TK. Maka saya rasa saya harus belajar banyak mengenai disayang anak didik, selain disayang suami dan anak yg menjadi prioritasnya.

Jujur aja, saya ga punya basic guru sama sekali. Hanya saja, ibu saya dan ibu mertua saya adalah guru. Merekapun sama seperti saya, basicnya bukan pengajar. Ibu saya sarjana pertanian, ibu mertua saya sarjana ekonomi. Tapi justru dari mereka saya belajar bahwa jadi guru itu paling penting niatnya. Niatkan untuk kebaikan org banyak, terutama anak2 generasi muda sehingga insyaallah Ridho Allah pun bisa kita dapatkan. Bukankah membagi ilmu itu adalah sebuah pahala? Dengan berkaca pada ibu dan mertua saya, maka saat saya diajak untuk menjadi seorang guru di lingkungan perumahan saya, saya niatkan saja seperti itu. Suami pun mengatakan hal yang sama. Niatkan untuk pendidikan anak2 d lingkungan kita. Jadi, makin semangatlah saya menjadi guru bagi anak2 generasi muda di lingkungan saya.

Karena berhubungan dan berinteraksi dengan anak2 kecil yang sedang berada dalam tahap transisi pengenalan kehidupan pra sekolah, maka saya harus banyak menggunakan insting saya sebagai seorang ibu. Mereka adalah anak2 saya, anak2 yg dititipkan dan dipercayakan pada kami, orang tua di sekolah. Sehingga saya, harus banyak belajar bagaimana menjadi 'orang tua' yang bijak bagi anak didik saya. Saya harus belajar bagaimana menyayangi anak2 didik saya, dan juga bagaimana menjadi guru yg disayangi oleh mereka.

Pekerjaan saya saat ini bermanfaat ganda. Saya bisa mengajari anak2 murid saya di sekolah juga bisa sekalian mengajari anak saya yg belum waktunya masuk sekolah. Karena anak saya, Raisa (2y23mo) setiap harinya ikut saya mengajar di TK. Lumayan,, dua tiga pulau terlampaui. 😁

Lalu bagaimana strategi saya untuk menuntut ilmu mengenai hal tersbut? Seperti banyak dikatakan sebelumnya. Belajar itu bisa dimana saya, kapan saja dan dalam hal apa saja.

Membaca.
Banyak baca tentang ilmu parenting. Karena menjadi guru juga harus bisa ilmu parenting. Tidak hanya diaplikasikan ke anak sendiri, tapi juga kepada anak didik.

Banyak bertanya.
Sumber ilmu saya mengenai hal ini antara lain adalah ibu saya sendiri, ibu mertua saya, tetangga/rekan saya yg juga jadi kepala sekolah TK yg sama dengan saya mengajar. Selain itu ada pula teman2 saya yang sudah memiliki anak yg telah berada di bangku TK. So, bertanya bukan berarti kita bodoh kn? Bertanya adalah hal mulia untuk selalu 'mengisi gelas' kita.

Belajar dari kehidupan sekitar
Banyak belajar dari lingkungan sendiri. Banyak melihat apa yg terjadi di sekitar kita. Bagaimana orang memperlakukan anaknya, lalu bagaimana kondisi anak2 di sekeliling kita. Dari situ kit ajuga bisa belajar bukan? Orang pintar belajar dari kesalahan sendiri, tapi orang cerdas belajar dari kesalahan orang lain. 😉

Dengan hal seperti itu, maka sebagai 'orang tua' di sekolah maupun d rumah, saya harus banyak berbenah. Harus menjadi lebih banyak membuka mata, membuka telinga mengenai pendidikan anak usia dini. Harus banyak bertanya, berdiskusi, bertukar pikiran mengenai tumbuh kembang anak usia dini. Harus banyak membuka wawasan apa saja yang sedang terjadi di luar sana, agar saya bisa memberitahukan kepada anak2 saya apa yang baik dan apa yang buruk. Harus lebih banyak berlatih bagaimana berkomunikasi yang baik dengan anak2. Dan yang paling pentinh, harus terus menjadi lebih baik dalam menyampaikan ilmu, agar ilmu yg saya dapat menjadi lebih barokah, ilmu yg saya sampaikan menjadi manfaat, sehingga baik saya dan penerima ilmu saya mendapat ridho Allah SWT.

Sekian dari saya.
Semoga selalu bermanfaat.
Wassalamualaikum. WR. WB.

(Disusun untuk memenuhi NHW #1)
#IIPBATCH3
#INSTITUTIBUPROFESIONAL
#AREAKARAWANG-BEKASI
#MELITAIFFAHARTDIANTI
#ADABMENUNTUTILMU

Rabu, 25 Januari 2017